tag:blogger.com,1999:blog-84689612739629344222024-03-19T03:44:58.487-07:00Legacy @Mozelup!Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.comBlogger95125tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-63957291317215239492017-06-03T08:06:00.002-07:002017-06-03T08:06:31.319-07:00Ah, SudahlahAda satu kejadian hari ini yang mengingatkan saya pada penggalan puisi milik Gus Mus, Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana. Puisi tersebut hampir mirip sebuah ungkapan yang sering saya dengar dari beberapa rekan kuliah saya dengan logat campurannya, “Njuk aku kudu pie, dab!”. Kejadian yang akan saya ceritakan ini tidak penting-penting amat untuk disimak sebenarnya. Andaikan ada yang bertanya, “Kalau tidak penting lalu mengapa ditulis?”, maka (sambil nyengir) saya akan jawab, “Pengen, aja”. Lagi pula, ini bukan jurnal atau tulisan terlampau ilmiah yang membutuhkan latar belakang di bagian awalnya. Suka-suka.<br />
Cerita ini dimulai dari sebuah grup obrolan di salah satu aplikasi perpesanan. Anggaplah itu merupakan grup kawan lama yang sebenarnya juga ndak terlalu penting-penting amat. Saya katakan demikian karena pada kenyataannya saya jarang ngobrol di sana meskipun saya ditarik jadi anggotanya, dan tidak berpengaruh apa-apa, sesederhana itu. Lain soal dengan grup komunitas yang memang saya masuk atas dasar keinginan pribadi saya, tentu sedikit banyak saya akan mencoba untuk berkontribusi dan memberikan sesuatu bagi rekan-rekan yang ada di sana. Pun demikian, bagaimana pun juga, mungkin karena terbiasa di grup komunitas, saya tetap mencoba untuk mematuhi rule/aturan grup yang diberlakukan di grup kawan lama tadi. <br />
Singkat cerita, saya yang jarang-jarang muncul iseng membuka grup tersebut dan di saat yang bersamaan seorang anggota grup mem-broadcast sebuah tulisan agak panjang. Untuk hal broadcast semacam ini, sepertinya memang sedang marak-maraknya. Terlepas dari permasalahan isinya yang kadang menggurui, mengagamakan yang “beragama”, sekadar mengingatkan, mengucapkan selamat atau jenis-jenisnya yang lain, secara subjektif, saya kadang merasa tidak nyaman berada di lingkungan grup semacam itu. Lebih-lebih bila bahan yang disebarkan tersebut disangkutkan pada seorang tokoh atau kelompok tertentu dan mleset, dalam artian itu hanya penyangkutan yang asal-asalan agar seolah tulisan yang disebarkan tadi seolah terlihat penting, berbobot, atau layak untuk dijadikan rujukan shahih.<br />
Tunggu dulu, ini bukan soal saya anti nasihat (pada dasarnya memang iya sih) atau semacamnya, namun satu hal yang ingin saya coba sampaikan adalah mbok jangan menaruh sesuatu sembarangan. Taruhlah emas dan batu pada tempatnya masing-masing. Di sisi lain, saya pribadi juga kadang merasa jemu dengan tulisan panjang semacam apapun itu bila tidak ditempatkan pada tempat yang sesuai. 8 dari 10 teman yang saya tanya secara personal, malah selalu melakukan skip terhadap tulisan-tulisan semacam itu terlepas isinya bagus atau tidak. Salah satu dari mereka bahkan nyletuk, “Bayangin aja, kamu kamu lagi asik ngobrol, bercanda, saling cela, trus tiba-tiba muncul khotbah panjangnya kalau dicetak mungkin bisa sampai dua lembar A4. Itu khotbah kok kaya obral produk”.<br />
Gini rek, apa yang saya tulis ini juga ndak bener-bener amat, meskipun juga ndak salah-salah amat. Namun kadang saya kok jadi mikir aneh ya, khususnya untuk tulisan-tulisan yang disangkutkan pada nama tokoh atau kelompok dan isinya berupa nasihat. Itu mirip-mirip saya harus ngibul dengan mengatasnamakan orang lain untuk menasihati adik saya agar jangan keluar rumah. Kalau memang dari kitab atau semacamnya okelah, minimal bisa ditambahi catatan dan rujukan, meskipun tetap saja tulisan panjang di obrolan itu menyebalkan.<br />
Kembali ke grup obrolan kawan lama, iseng saya minta kepastian terhadap nama yang dicatut dalam tulisannya. Meski ndak kenal-kenal amat, setidaknya saya sedikit paham tentang orang yang namanya disangkutkan di bagian ujung tulisan. Saya ndak ada masalah dengan konten tulisan, toh nyatanya aktivitas broadcast semacam itu memang diizinkan oleh admin grup. Cuma saya agak sangsi saja, apa benar si dia itu ngomong hal semacam ini, dengan bunga-bunga bunga-bunga dan nekawarna emoticon di chat-nya?<br />
Sontak saja, tanggapan saya tersebut langsung ditanggapi oleh anggota grup lain. Si pengirim pun sempat bercuit, “Kalau memang situ lebih ngerti, tulis donk lalu kirim sini”. Kalau aku nulis lalu aku kirim ke grup, welleh sama saja nanti saya dengan si pengirim. Lagi pula, kan bukan itu soalnya. Di sisi lain, saya cuma cengar-cengir sebenarnya ketika mendapati seketika grup menjadi ramai hanya karena pertanyaan yang saya lontarkan. Tak sedikit yang menganggap pertanyaan semacam itu berlebihan, karena (oleh mereka) digolongkan sebagai kritik. Njuk aku kudu pie, dab? Diam dibilang apatis, tanya dibilang kritis. Apesnya lagi, ketika grup lagi ramai-ramai mencoba menceramahi saya agar mengamini pendapat anggota lain, seorang dengan polosnya mengirim pesan broadcast yang sedang disinggung sebelumnya ke ruang obrolan. Daripada ribut, saya iyakan sajalah apa yang mereka mau, toh juga kan itu hanya hal yang anggap saja sepele dan hanya bertendensi pada subjektivitas saya semata. Saya juga tidak rugi sedikit pun sebenarnya. Dari pada ribut, kan mending damai. Meskipun keblinger sithik-sithik yang penting damai. Skenario Tuhan memang asyik untuk dijalani, apalagi sambil tertawa.Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-74196826049496720612017-05-11T23:07:00.001-07:002017-05-11T23:07:32.674-07:00Dramaturgi 2017 - Matahari di Sebuah Jalan Kecil<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/PSDxDUJla8g" width="459"></iframe>Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-59076691777794160092017-04-01T23:22:00.001-07:002017-04-01T23:22:37.552-07:00Ekspor Sertifikat & Undangan dengan Inkscape<div style="text-align: justify;">
Baiklah, pada kesempatan ini saya akan berbagai tentang teknik sederhana untuk membuat sertifikat secara praktis menggunakan pengolah gambar Inkscape. “Membuat sertifikat” yang dimaksudkan di sini adalah melakukan ekspor dokumen sertifikat dengan nama-nama yang berbeda dalam satu langkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Baiklah, ilustrasi sederhana seperti ini. Anda mendapatkan tugas untuk membuat sertifikat atau bisa juga undangan untuk dicetak. Pemberi tugas tersebut menginginkan agar nama-nama penerima sertifikat atau undangan sekalian diketik sehingga dokumen tinggal dicetak ketika keluar dari tangan Anda. Bila jumlahnya hanya satu atau dua tidak akan ada masalah melakukan ekspor berkas dengan cara manual. Namun bagaimana jika pemberi tugas tersebut memberikan lebih dari 100 nama kepada Anda? Yakin masih mau melakukan ekspor manual? Semoga ilustrasi tersebut dapat memberi Anda gambaran/pengantar mengenai fungsi tutorial ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tutorial ini telah saya sediakan dalam bentuk dokumen PDF yang dapat diunduh melalui <a href="https://drive.google.com/open?id=0B_ZLGRdphStSbm5wMExkTWxOUWM" target="_blank">tautan ini.</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga bermanfaat.</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-52708607203902507542017-02-13T21:39:00.000-08:002019-09-06T13:13:44.554-07:00Gagal Kreatif<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
Ada
yang mengganjal di benak saya usai perkuliahan siang hari ini. Tidak
seperti biasanya, kali ini saya merasa aneh saja dengan mata
perkuliahan yang saya ambil. Awalnya, saya senang-senang saja
mengambil mata perkuliahan yang “konon” dapat melatih kemampuan
menulis seseorang. Namun setelah apa yang terjadi siang tadi, saya
jadi berpikir ulang tentang anggapan awal saya tersbut.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
Cerita
dimulai dari perkuliahan yang sama tepat seminggu yang lalu. Di akhir
kuliah, sang dosen memberikan tugas kepada seluruh mahasiswa yang
mengambil mata kuliahnya untuk membuat sebuah tulisan menarik dengan
tema bebas. Saya tak sebut genre tulisan yang dimaksud, karena secara
garis perbincangan unsur kreatif dan menarik adalah hal yang berulang
kali dikatakan sebagai indikator. “Usahakan belum banyak yang
membahas, jadi nilai kebaruannya ada”, kata sang dosen.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
Saya
pribadi harus mengakui bahwa kemampuan menulis saya memang menurun
drastis beberapa bulan ini. Saya lebih intens mengasah kemampuan
mengoperasikan alat pengolah desain (kalau ada yang melarang menyebut
mengasah kemampuan desain) saya dibanding kemampuan menulis. Di
samping itu, belakangan ini saya juga terbilang lebih aktif untuk
berurusan dengan dunia perangkat lunak bebas dan merdeka. Dengan
demikian, tugas menulis yang biasanya menyenangkan entah mengapa
terasa berat dipendengaran saya.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
Singkat
cerita, saya pun akhirnya memutuskan untuk menulis bidang yang sedang
saya tekuni sebagai pengembang salah satu distribusi Linux lokal.
Saya susun sedemikian rupa kalimat demi kalimat semampu saya hingga
tersusunlah sebuah wacana. Dalam tulisan tersbut, sengaja saya tidak
membahas persoalan teknis yang terlalu detail lantaran saya menyadari
bahwa kemungkinan besar pembacanya adalah orang yang belum begitu
familiar dengan distribusi lokal yang saya bahas.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
Siang
tadi kelas dimulai. Saya agak deg-degan sebanarnya. Sudah lama sekali
saya tak menulis semacam ini. Terakhir saya menulis adalah berkaitan
dengan tutorial untuk melakukan beberapa aksi pada distribusi lokas
dan menjawab wawancara tulis dari admin kabarlinux.web.id. Satu demi
satu tulisan di kelas diseleksi, dan sepertinya saya melihat tulisan
saya tersingkir begitu saja. Ah, saya sangat menerima hal tersebut.
Tentu saja karena saya menyadari bahwa tulisan saya tidaklah terlalu
bagus bila dibanding yang lain. Hampir semua tulisan yang masuk
nominasi tulisan terbaik membicarakan tentang kebudayaan. Hanya saja,
ada hal yang cukup miris terdengar di akhir perkuliahan, yakni ketika
sang dosen seketika berkomentar mengenai tulisan yang saya buat.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
“Tadi
ada yang bahas soal Linux, langsung saya lewati. Tulisan seperti itu
pasti sudah banyak di internet, jadi nggak menarik lagi”. Jleb! Apa
yang sempat saya khawatirkan semalam benar terjadi. Andai tulisan
saya tersingkir sebab mutu tulisan saya yang rendah, saya akan dengan
lapang menerima sebab saya memang mengakui hal tersebut. Namun, ini
sudah masuk soal selera sepertinya. Seketika saya jadi hilang <i>mood</i><span style="font-style: normal;">.
Saya seperti kehilangan ruang di kelas tersebut. Saya jadi dungu soal
istilah menarik dan kreatif. Apa yang saya baca semalam tentang </span><i>human
</i><span lang="en-US"><i>interest </i></span><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">yang
konon masuk dalam kategori genre tulisan ini seolah menjadi mitos
dalam waktu yang begitu cepat. </span></span>
</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0cm;">
<span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">Ah,
sudahlah. Tulisan ini sebenarnya juga tidak ada gunanya. Tidak
menarik bagi siapapun dan tidak kreatif sama sekali. Pun demikian,
sampai detik ini entah mengapa saya malah merasa lebih memiliki
kemampuan untuk menulis/</span></span><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">membahas</span></span><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">
mengenai hal-hal seputar </span></span><span lang="id-ID"><i>open
source </i></span><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">dan
</span></span><span lang="id-ID"><i> </i></span><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">tutorial-tutorial
yang berkaitan dengan itu dibanding </span></span><span lang="id-ID"><span style="font-style: normal;">membahas
mata perkuliahan yang saya ambil. Celaka.</span></span></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-1711296123951422992017-01-09T10:05:00.000-08:002017-01-09T10:18:14.442-08:00Update Inkscape 0.92 di Ubuntu dan Turunannya (Linux Mint, eOS, dkk)<div style="text-align: justify;">
Salah satu hal yang paling saya tunggu-tunggu di tahun 2017 adalah rilis stabil aplikasi favorit saya, Inkscape 0.92. Rilis Inkscape di awal tahun ini saya tak ubahnya kado tahun baru yang sangat dinantikan oleh pengguna setianya, termasuk saya. Meskipun saya terbilang pendatang baru di dunia desain, desain dengan Inkscape khususnya, namun secara lantang ingin saya katakan bahwa saya benar-benar jatuh cinta dengan aplikasi ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang 5W+1H Inkscape, tak akan banyak saya singgung pada tulisan ini. Satu hal yang memotivasi saya untuk mengeposkan tulisan ini tak lain karena malam ini saya mendengar kabar bahwa Inkscape 0.92 stabil telah tersedia di launchpad. Sebagai orang yang tahu kabar ini, saya merasa punya tanggungan untuk membagikan kabar gembira ini kepada teman-teman yang lain. Sebelumnya, terima kasih pada Kang Zakaria Azis yang telah mengeposkan berita ini melalui akun facebook-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, agar tak keluar dari judul mari kita mulai step by step memasang Inkscape 0.92 stabil melalui PPA Ubuntu. Langkah langkah ini dapat anda lakukan pada turunan Ubuntu atau distro dengan basis Ubuntu lain.<br />
<br />
Pertama, buka terminal Anda, dan salin-tempel perintah berikut</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
sudo add-apt-repository ppa:inkscape.dev/stable<br />
sudo apt-get update</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah menjalankan perintah di atas, jika pada sistem telah terpasang Inkscape versi sebelumnya (0.91 atau di bawah itu), maka akan ada pemberitahuan pada baris output paling akhir tentang pembaruan aplikasi. Cukup ketik perintah berikut untuk melakukan pembaruan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
sudo apt upgrade<br />
Atau<br />
sudo apt-get upgrade</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jika pada komputer Anda belum terpasang Inkscape, maka jalankan perintah berikut untuk memasang Inkscape 0.92.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
sudo apt install inkscape<br />
Atau<br />
sudo apt-get install inkscape</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
langkah di atas diperuntukkan bagi Anda yang sudah tidak sabar lagi untuk segera mencoba versi stabil Inkscape 0.92. Bila tak mau repot, sebenarnya Anda cukup bersabar menunggu dan para pengembang yang baik hati akan segera menyediakan Inkscape 0.92 pada repositori distro kesayangan Anda. </div>
<div style="text-align: justify;">
Saya telah mencoba langkah di atas pada dua distribusi linux, Linux Mint Sarah dan BlankOn X Tambora. Pada Linux Mint Sarah, langkah di atas berjalan dengan baik dan Inkscape 0.92 berhasil berjalan dengan baik. Saya katakan baik karena saya pernah mencoba memasang versi prarilis dan menemukan banyak masalah, pada palet warna misalnya. Pada versi stabil ini, masalah tersebut sudah tidak lagi muncul. Pada BlankOn X Tambora, langkah di atas menemui jalan buntu karena ada beberapa konflik paket. Hal ini cukup wajar, mengingat bahwa BlankOn X Tambora merupakan turunan langsung dari Debian, sedangkan Linux Mint merupakan turunan dari Ubuntu yang notabene PPA tersebut memang diperuntukkan bagi Ubuntu.<br />
<br />
Sumber referensi: <br />
https://launchpad.net/~inkscape.dev/+archive/ubuntu/stable</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-56363293850203629072016-10-06T20:39:00.001-07:002016-10-06T20:39:29.428-07:00Kembali m-BlankOn<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizvqdyEfjVTvZjebTsCn0m6XbUDADxfdizsc8cNUHpS3LbzVn30lvO3XNM4GHWzx0xqLsBf7DK2JHOBR3m2G6Rz_zbbiBoQVhHjMlE2iAh52MJzgaNJxbdUAUCdkpqRJlJIdKoK-VSzPWY/s1600/Tambora_1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizvqdyEfjVTvZjebTsCn0m6XbUDADxfdizsc8cNUHpS3LbzVn30lvO3XNM4GHWzx0xqLsBf7DK2JHOBR3m2G6Rz_zbbiBoQVhHjMlE2iAh52MJzgaNJxbdUAUCdkpqRJlJIdKoK-VSzPWY/s640/Tambora_1.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Salah Satu Gambar Latar Tambora</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terhitung sejak Senin 3 Oktober lalu, saya telah kembali menjadi pengguna Linux BlankOn. Entah karena hembusan angin apa tiba-tiba saja timbul keinginan yang meluap-luap untuk kembali ke BlankOn. Saya pribadi menganalogikan apa yang terjadi pada saya ini seperti pulang.<br />Saya mengenal BlankOn sudah lumaya lama. Ketika masih duduk di bangku kelas SMP, saya pernah mencicipi BlankOn Nanggar dan Ombilin. Bukan main girangnya kala itu. Ada secercah “kebanggaan” di hati saat memasangnya pada laptop saya yang merknya sama sekali tidak terkenal. <br />Perjalanan saya dan BlankOn kala itu memang tidak berjalan lama. Karena saat itu BlankOn belum mendukung VGA laptop saya. Bukan hanya BlankOn sebenarnya, namun hampir sebagian besar distro Linux pada umumnya. Alhasil, beralihlah saya ke Linux Mint dan konsisten menggunakannya hingga sekarang.<br />Harus saya akui bahwa Linux Mint memang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan berbagai tugas. Saking nyamannya, saya hampir-hampir tidak tertarik lagi untuk mencoba distro-distro lain, termasuk distro-distro lokal maupun manca yang belakangan ini masif bermunculan. Saya tak lagi edan selayaknya saya SMP dulu yang hampir tiap minggu gonta-ganti distro. Meskipun hal tersebut juga bernilai plus, saya jadi punya koleksi puluhan (hampir seratus) distro linux.<br />Namun apalah daya, saat kuliah saya malah kepincut dengan elementary OS atau sering disebut eOS. Alasan sederhana yang membuat saya kepincut pada eOS tak muluk-muluk sebenarnya, karena dia lebih enteng. Ya, laptop kedua saya memang memiliki spesifikasi yang rendah. Setidaknya, dibanding laptop saya yang pertama, laptop saya yang kedua ini lebih bermerk. :-)<br />eOS benar-benar membuat saya tergiur. Desktop Pantheon-nya yang simpel semakin memikat hati saya. Akhirnya, mendualah saya. Pada saat-saat tertentu, saya ajak Mint jalan-jalan, dan pada saat yang lain, gantian eOS yang saya ajak jalan. Oh, tidak. Tidak pernah ada “Jendela” di laptop saya. Setidaknya itu sudah berlangsung sejak saya kelas VIII SMP. <br />Keharmonisan antara Mint dan eOS berjalan cukup lama, setidaknya hingga acara openSUSE.Asia Summit kemarin. Pasca acara tersebut, saya jadi gelisah. Seolah ada tamparan keras yang mendarat di muka. Tamparan yang mengingatkan bahwa saya sebenarnya mampu untuk “kembali” berkontribusi di dunia open source. Ke-pasif-an saya harus segera disudahi. Saya pernah sinting karena keseringan memprovokasi sekitar untuk mengajak mereka belajar tentang FOSS. Sekarang, saya tidak berbuat apa-apa? Tidak!<br />Setelah cukup lama menjadi pengguna Linux, sekalipun belum menguasai teknis pemrograman, saya merasa punya tanggung jawab untuk ikut andil dalam persoalan ini. Lebih-lebih, sekarang saya telah melihat dan mendengar kenyataan bahwa distro Indonesia (dalam hal ini BlankOn) telah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk siapa saja agar ikut berkontribusi. Ambil!<br />Hal-hal itulah yang akhirnya membuat saya “pulang” kepada BlankOn. Meskipun beberapa kali gagal instalasi, namun akhirnya laptop yang biasa-biasa ini dapat bekerja di luar kebiasaannya. </div>
<br />Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-18297691669383134022016-10-01T20:38:00.000-07:002016-10-01T20:38:11.140-07:00Sajak Jalanan dari Opensuse.Asia SummitSemisal langit, kitalah hujan yang datang tanpa gerimis<div>
Semisal hujan, kitalah yang menggenang sebelum jadi gelombang</div>
<div>
Semisal gelombag, kitalah pasukan yang menggulung kesempatan</div>
<div>
Semisal kesempatan, kitalah yang diam-diam menyergap udara</div>
<div>
Menahannya</div>
<div>
Menjedanya</div>
<div>
Dan akhirnya,</div>
<div>
Mereka menyadari</div>
<div>
Kita memang ada di sini</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
*untuk dunia open source yang sesekali masih sunyi</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-68629858101777218282016-09-21T23:13:00.001-07:002016-09-21T23:13:31.478-07:00Ramu Rima - Jangan Bernyanyi di Sini (Fragmen Puisi Kuntowijoyo)<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/jTfNDtPBZ9c" width="459"></iframe>Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-52688259912337989462016-09-14T08:17:00.001-07:002016-09-14T08:26:24.828-07:00Setelah Install Elementary OS LOKI[Sebelumnya aku peringatkan, bahwa ini tidaklah begitu penting]<br />
<style type="text/css">p { margin-bottom: 0.25cm; line-height: 120%; }</style>
<br />
<div style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Terima kasih,
Freya.
</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Selasa,
13 September (kemarin) akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri
hubungan dengan Freya. Tidak, tidak. Aku tidak ada masalah apa-apa.
Kau tahu, bekerja dengan Freya adalah salah satu pengalaman yang
paling menyenangkan menurutku, setelah Mint tentunya. Tidak dapat aku
pungkiri, aku cukup puas dengan kinerjanya. Secara subjektif, bila
diminta memberikan penilaian, maka aku akan mengatakan bahwa Freya
termasuk yang paling lincah dan gesit dalam bekerja. Sayangnya,
seiring dengan EOL-nya ubuntu yang menjadi basic-nya, maka berhenti
pula dukungan untuk Freya, dan itulah yang membuatku menjadikan Freya
sebuah kenangan. Dengan megakhiri hubungan dengannya.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Sebenarnya,
selain dengan Freya, aku juga sedang menjalin hubungan dengan Rosa.
Dan entah mengapa, untuk Rosa aku masih enggan untuk menjadikannya
kenangan pula sebagaimana yang aku lakukan pada Freya. Sekalipun
Sarah telah muncul beberapa bulan lalu dan hampir-hampir membuatku
kepincut.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Mengakhiri
hubungan dengan Freya, berarti memulai pengalaman baru dengan saudara
kandungnya, Loki. Ah, memang namanya “ke-cowok-cowok-an”, tapi
dia tak kalah cantik bila dibandingkan dengan Freya.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Terus
terang saja, sebenarnya sudah cukup lama aku menunggu Loki.
Desas-desus tentang keindahannnya memang benar adanya. Hanya saja,
ada beberapa hal yang sedikit membuatku belum merasa nyaman, senyaman
aku dengan Freya atau dengan Rosa misalnya.</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Secara
bawaan, Loki memang tak jauh beda dengan Freya. Dari segi kemampuan
pun juga hampir mirip. Hanya saja Loki dibekali oleh empunya sebuah
alat bernama AppCenter dan aku pribadi agak bingung juga fungsi dari
perkakas yang dibawanya itu. Awalnya, aku pikir dengan AppCenter
tersebut aku akan dapat <i>memasang </i>hal-hal lain dengan mudah
seperti misalnya ketika aku memakai Synaptic. Tapi ternyata bukan.
Itu hanya semacam alat untuk memanajemen perangkat yang sudah
terpasang.
</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
Hal
lain yang membuatku agak kurang nyaman adalah tersunatnya alat
<i>apt-add-repository</i><span style="font-style: normal;">. Ya, pada
Loki rupa-rupanya oleh empunya </span><i>tool</i><span style="font-style: normal;">
tersebut tidak dibekalkan dari awal karena faktor keamanan, sehingga
harus dipasangkan secara menual dengan aji-aji</span></div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
<br />
<br /></div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
<i><b>$
sudo apt-get install software-properties-common</b></i></div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
<br />
<br /></div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
<span style="font-style: normal;">diakui
atau tidak, Loki memang tidak selengkap keluarga Mint dalam hal
aplikasi bawaan sehingga siapa saja yang ingin bekerja dengan Loki
harus sejenak meluangkan waktu untuk mendandaninya dengan
LibreOffice, Tweak, Gdebi, Synaptic, Inkscape dan alat-alat lain
sesuai kebutuhan. Aku pribadi telah memasang banyak aksesori pada
Loki, tak lain hanya karena tuntutan pekerjaan. </span>
</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
<span style="font-style: normal;">Ah,
iya satu hal lagi yang sepertinya perlu aku ceritakan padamu soal
Loki adalah performanya ketika menjalankan </span><i>pantheon-files.
</i><span style="font-style: normal;">Entah hanya terjadi pada Asus
X4452E AMD E1-ku atau juga pada yang perangkat yang lain, yang jelas
Loki selalu ngambek sejenak saat aku minta untuk menjalankan
</span><i>pantheon-files</i><span style="font-style: normal;">
tersebut. Awalnya kupikir karena “efek desktop” yang ia pakai,
tapi nyatanya tidak mengalami perbedaan yang signifikan setelah aku
matikan efek tersebut. Iya, ada sih perbedaan tapi sekali lagi tidak
signifikan. </span>
</div>
<div align="justify" style="line-height: 100%; margin-bottom: 0.3cm;">
<span style="font-style: normal;">Namun,
ya sudahlah semoga saja ini memang terjadi pada awal-awal hubungan
belaka dan akan segera melebur seiring berjalannya waktu.</span></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-81085753460079575092016-08-10T02:15:00.000-07:002016-08-10T11:23:52.036-07:00Merdeka dengan Karya<div style="text-align: justify;">
Tepat sepekan lagi Indonesia akan diperingati hari kemerdekaan ke-71 RI. Belum ada yang dapat kuberikan pada tanah tempat kuberpijak ini. Saya jadi teringat pada ucapan Cak Nun pada acara Mengenang Rendra tahun lalu, saya agak lupa redaksi persis kalimatnya. Kira-kira seperti ini, </div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
"Diri kita bukanlah bagian dari Indonesia, namun justru Indonesia lah yang menjadi bagian dari diri kita. Bila kita menganggap bahwa diri kita adalah bagian dari Indoenesia, maka yang ada hanyala tuntutan yang kita lontarkan. Sebaliknya, jika mengakui bahwa Indonesia adalah bagian tak terpisahkan dari diri kita, maka kita akan dengan ikhlas memberikan apapun untuk Indonesia. . ."</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Di tahun 2016 ini, untuk kali pertamanya
saya mencoba membuat banner sederhanana menggunakan Inkscape untuk
memperingati hari kemerdekaan ke-71 RI. Selamat Ulang Tahun RI-ku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOZyB9evLBCEZlJf75hKq4Uk5p6v8geUztjboQpbsoh0BQyyc-vNs5KWyqalpQgiQyJt2UZOg5n9jRqiHCe5SXLrn9uYeHWpKCBac31gMt5w9P1yNn9_eNROc3xdaBxyGhTUG0r-Ms5bas/s1600/RI-71.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOZyB9evLBCEZlJf75hKq4Uk5p6v8geUztjboQpbsoh0BQyyc-vNs5KWyqalpQgiQyJt2UZOg5n9jRqiHCe5SXLrn9uYeHWpKCBac31gMt5w9P1yNn9_eNROc3xdaBxyGhTUG0r-Ms5bas/s640/RI-71.png" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
dibuat dengan Inkscape 0.92pre1 pada Linux Mint 17.3 Rosa</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-21695772266444866862016-07-23T19:43:00.000-07:002016-07-23T19:43:58.542-07:00Design Kalender 2017 dengan Inkscape<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsAqCL640op41RhhpJFbpVTnTARd6oCnnyFBKiKOhwq-ogZ4tZ6yoF-VJ6aSIGEGFJIvAhZozeP-hfuZHenKpFQ_d6Hx9byN0nmAaTUTz41wvFdEyl1htbATi2YdcGpk4b5sicc-v-n8dU/s1600/Kalender.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsAqCL640op41RhhpJFbpVTnTARd6oCnnyFBKiKOhwq-ogZ4tZ6yoF-VJ6aSIGEGFJIvAhZozeP-hfuZHenKpFQ_d6Hx9byN0nmAaTUTz41wvFdEyl1htbATi2YdcGpk4b5sicc-v-n8dU/s640/Kalender.png" width="452" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selamat pagi rekan-rekan sekalian, sedikit curcol di Minggu pagi yang kurang cerah ini, beberapa waktu yang lalu ketika liburan, ibu minta dibuatkan kalender untuk toko kerudungnya. Dengan tanpa banyak alasan, saya pun mengiyakan permintaan beliau. Dan setelah beberapa menit di depan laptop, jadilah penampakan kalender sebagaimana yang terpampang di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalender sederhana di atas dibuat menggunakan Inkscape versi 0.92.pre dengan memanfatkan ekstensi kalender yang sudah tersedia. Tinggal masukkan pengaturan dasarnya, misalnya tahun, jumlah bulan dalam satu baris, warna hari, serta awal hari yang ingin digunakan dan klik! jadi deh. Tinggal memoles dengan desain yang rekan-rekan harapkan.<br />Untuk desain yang saya gunakan di atas, karena saat itu memang cukup mendesak, saya menggunakan latar belakang gambar yang telah saya buat sebelumnya, sisanya tinggal peyesuaian. Untuk huruf pada bulan, saya menggunakan Lucida Caligraphy, sedangkan lainnya menggunakan Bit Stream Charter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga bermanfaat!</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-54425277629208137372016-07-15T03:29:00.000-07:002016-07-15T03:29:29.200-07:00whoismrrobot.com GUI<div style="text-align: justify;">
Sembari mengisi liburan yang sebagian habis di pesakitan, iseng-iseng membuka kembali sebuah situs yang beberapa waktu lalu sempat mebuat aku tertarik. whoismrrobot.com, ya itulah situs yang aku maksud.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terakhir membuka situs yang berkaitan dengan serial TV MR. ROBOT ini, aku hanya mendapati mode tampilan <i>Command Line Interface </i>(CLI). Ketika pertama halaman pada web ini termuat, maka yang anda dapati adalah proses <i>booting</i> yang mirip dengan Linux Debian. Namun, aku agak lupa sebenarnya, kapan terakhir aku membuka situs tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun jika hari ini anda sekalian membua situs tersebut, hal yang amat berbeda akan anda dapatkan. Kini whoismrrobot.com telah menggunakan mode GUI untuk tampilab halamannya. Penilaian prbadi, Ini sungguh mengejutkan, karena awalnya saya berpikir ini hanya situs yang tak akan ada kelanjutan perkembangannya. Dan rupanya saya salah besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat anda membukan web ini maka yang kini anda dapati bukan sekedar tulisan dan layar hitam layaknya mode CLI, namun lingkungan desktop sederhana dengan terminal root yang sudah membuka dan beberapa icon di desktopnya serta jam aktif di sebelah kanan atas. Untuk detail jelasnya, silakan cek saja ke TKP.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUwRMciOX-al7_OsibCgsOBljCLe79U3VZahKo5U1fnUeHCWbJCjwaDJNxrprnxgZPa9-vC9Prj-05iT6pggNqPpk7Um6HJGD5m9BfDVk0wllfS4EsNZp8iqntd6mBxztdbrSg2Z6eRchx/s1600/mrrobot.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUwRMciOX-al7_OsibCgsOBljCLe79U3VZahKo5U1fnUeHCWbJCjwaDJNxrprnxgZPa9-vC9Prj-05iT6pggNqPpk7Um6HJGD5m9BfDVk0wllfS4EsNZp8iqntd6mBxztdbrSg2Z6eRchx/s640/mrrobot.png" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://www.whoismrrobot.com/" target="_blank">Halaman Depan whoismrrobot.com</a></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-71217516871186667052016-06-05T10:01:00.000-07:002016-06-05T10:01:40.378-07:00Sekedar Coretan Lalu: The Linux User<div style="text-align: justify;">
Dan akhirnya, buku ini pun tak rampung. Jadwal kerja dan kuliah yang super menjepit untuk kali ini memang saya kambing hitamkan sebagai penyebabnya. Namun, apa boleh buat? Setelah dipikir-pikir, daripada coretan ini tidak memiliki guna apa-apa jika disimpan di hardisk, lebih baik saya bagikan saja apapun keadaanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ok-lah, ini nggak profesional banget. Tapi, lagi-lagi, apa boleh buat. Toh ini juga bukan buku petunjuk yang memiliki sifat wajib untuk dibaca, bukan pula buku ilmiah yang juga harus komprehensif pembahasannya, sekali lagi: sekedar coretan lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgisS6Km6omkN20YyPx0ka6F-ZmNEGt2aa7cqqL5C1ynQqN5JCKGH5uSdO0PUqTrX4xaLVmztZy2R21gGCmOGzcz_Jm77hh0OeV-ckGYCJ_lPOXXWPorc31EzXPR4B4Ek6_FNjBEqpFwWud/s1600/bdepan.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgisS6Km6omkN20YyPx0ka6F-ZmNEGt2aa7cqqL5C1ynQqN5JCKGH5uSdO0PUqTrX4xaLVmztZy2R21gGCmOGzcz_Jm77hh0OeV-ckGYCJ_lPOXXWPorc31EzXPR4B4Ek6_FNjBEqpFwWud/s400/bdepan.png" width="281" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLJbpVb9uYAJFwJaRoHC41qTwDhwR_2lvYba6fizfBPkIdsn8Tfo1k9OT1SkQWj-8XeDIKPHXwks5dnrp-xF6uoewArUpJYsiUdlGiYqZcDibKosoa6nSQ1z6YCk1bSmyLqj36h4w5ADDi/s1600/back.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLJbpVb9uYAJFwJaRoHC41qTwDhwR_2lvYba6fizfBPkIdsn8Tfo1k9OT1SkQWj-8XeDIKPHXwks5dnrp-xF6uoewArUpJYsiUdlGiYqZcDibKosoa6nSQ1z6YCk1bSmyLqj36h4w5ADDi/s400/back.png" width="280" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sampul depan dan Belakang dengan Inkscape :-)<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pribadi tidak menganjurkan siapa pun untuk membaca tulisan-tulisan dalam buku ini, namun bila memang ada yang berkenan untuk membacanya, maka saya persilakan saja untuk mengunduhnya melalui <a href="https://drive.google.com/open?id=0B_ZLGRdphStSa28yaXg5NGZBczg" target="_blank">tautan ini</a>. Dan tentu saja, terima kasih! Semoga bermanfaat</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-46841650542876360412016-05-09T10:07:00.000-07:002016-05-09T10:07:14.190-07:00Hasil SNMPTN UGM 2016Selamat, selamat dan selamat bagi adik-adik yang telah lolos SNMPTN 2016 di Universitas Gadjah Mada. Semoga kalian tidak salah pilih dan menyesal dikemudian hari, hehehe . . . terutama yang memilih satu jurusan seperti aku di Sastra Indonesia.
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpgur8Qi88_EYGyQYk2up7SlSoYEOnSjBptizFmPLPCZ08wVBUuuN2Kt0aedJsVcqn4drQLP9_dqGOkMIiSldBS4w1FTxKu2rtN3WHQBpsOg1r7gvGLH0rFnoV2GcnAJuel762NGcl_whe/s1600/SNMPTN.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpgur8Qi88_EYGyQYk2up7SlSoYEOnSjBptizFmPLPCZ08wVBUuuN2Kt0aedJsVcqn4drQLP9_dqGOkMIiSldBS4w1FTxKu2rtN3WHQBpsOg1r7gvGLH0rFnoV2GcnAJuel762NGcl_whe/s400/SNMPTN.png" width="335" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Untuk info lengkap siapa-siapa saja yang lolos SNMPTN 2016 di UGM silakan cek di <a href="https://drive.google.com/open?id=0B_ZLGRdphStSRXhhU0ZqcjA0QWs" target="_blank">tautan ini</a>, siapa tahu ada nama saudara, pacar, mantan, atau inceran kamu di sana. . . hehehe</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-27109571062467710582016-04-18T07:33:00.001-07:002016-04-18T07:38:16.289-07:00Tentang Empat Muwadaah di Guyangan (Bagian II - selesai)<blockquote class="tr_bq">
<i>"Selamat Bergembira! Namun, Jangan Hapus Panas Setahun dengan Hujan Sehari!"</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sebelum pagi, puluhan IKAMARU Jogja sudah siap sedia berada di Guyangan. Beberapa di antara mereka berangkat dini hari tadi, lantaran harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tak bisa dinego untuk ditinggal. Pun demikian, tidaklah berkurang semangat mereka untuk menghadiri wisuda/muwada’ah di pondok yang merupakan tempat mereka menimba ilmu. Semua berbahagia, aku pun juga amat bahagia.<br />
<br />
Sampailah hari pada Minggu, 17 April 2016. Hari yang akan melahirkan ratusan alumni baru dari pesantren penuh barokah, Raudlatul Ulum Guyangan. Beberapa postingan di akun media sosial aku telah penuh dengan foto-foto wisuda tahun lalu. Beberapa menulis, “Tidak terasa sudah setahun!”. Tapi (karena kurang kerjaan) aku meralat, belum setahun. Karena dulu aku dan teman-teman IKAMARU 2015 diwisuda pada tanggal 27 April 2015. Tapi, lupakanlah. Bagian ini tidak terlalu penting untuk diceritakan.<br />
<br />
Percaya atau tidak, meski sudah diwisuda setahun yang lalu, aku baru merasakan bagaiaman euforia wisuda pada tahun ini. Lucu memang. Tapi itulah kenyataan yang ada. Begini...<br />
<br />
Beberapa tahun sebelumnya, tepatnya ketika kelas MDPA, saat wisuda seperti ini aku belum punya banyak kenalan. Maklum, masih baru. Lagi pula saat itu aku hanya berada di pondok dan bersiap-siap untuk mengikuti pekemahan di tingkat provinsi. Kemudian, saat aku kelas X MA, pada saat yang sama, aku memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas sebagai panitia (sama-sama tahulah tugasnya apa). Bukannya senang, di acara muwadaah saat itu aku merasa sedih dan sepi, lantaran saudara perempuan aku telah lulus dan harus pergi.
<br />
Pada acara wisuda berikutnya, hampir-hampir aku kembali bersedih. Beberapa teman dekat, seperti Aryun dan kawan-kawan harus pula pergi. Namun, beberapa kesedihan sempat terobati dengan salam perpisahan dari seorang bernama Ratna yang sempat kudaulat punya kemiripan dengan kekasihku. Hehehe....<br />
<br />
Dan saat acara muwadaahku sendiri, aku agak kesulitan menikmati muwadaah ini. Bagaimana tidak, saat teman-teman sedang senang-senangnya gladi bersih, bersiap berkemas-kemas untuk pulang, lagi-lagi aku harus berbeda. Ya, aku harus bersiap-siap untuk mengikuti perkemahan lagi di Pemalang bersama beberapa teman lain. <br />
<br />
Ah, kalau teringat hari itu... Lucu sekali rasanya. Bayangkan, malam sebelum muawadaah (pada malam Minggu sekitar pukul setengah 12 malam), aku pergi ke suatu tempat untuk menjumpai pelatih tari yang mengajari beberapa rekan kemahku menari. Tarian ini nantinya akan dipentaskan pada saat pentas seni ketika kemah di Pemalang lusa dan baru kembali pada kisaran jam tiga pagi! Capek! <br />
<br />
Alhasil, paginya dengan sedikit kantuk sisa semalam dan kebahagian yang menyesakkan dada (karena... tau lah) aku pun mengikuti prosesi wisuda. Petuah demi petuah Kyai aku simak baik-baik, karena terbesit kekhawatiran bahwa petuah-petuah itu akan menjadi petuah terakhir yang aku dapat dari Kyai Najib.
<br />
Dan setelah prosesi wisuda selesai, ketika aku melihat teman-temanku bergembira ria dengan temannya, ketika aku melihat anak-anak lain berbahagia pulang bersama keluarga mereka, aku hanya mampu melihat. Hanya sejenak saja. Aku belum bisa pulang bersama orang tuaku saat itu. Mereka pulang hanya dengan membawa beberapa barangku dan sekali lagi tanpa aku. Agak sesak juga rasanya waktu itu. Tapi apa boleh buat, inilah bentuk sayang yang sesungguhnya, pikirku saat itu.<br />
<br />
Ya, saat kau sudah tidak lagi berada di dalam rumahmu, tapi kau masih mau membantu merawat dan menghiasnya, itulah bentuk sayang yang lebih dari sayang yang biasa. Tanpa sempat menikmati, euforia muwadaah saat itu, aku pun bergegas untuk bersiap-siap mengemas barang untuk perkemahan besok. Jadi, itulah mengapa aku baru merasakan senangnya muwadaah pada tahun ini. <br />
<br />
Satu hal yang akhirnya kudapati adalah barokah itu bisa datang dengan sebab yang beragam, namun perjuangan yang ikhlas kupikir adalah sebab yang cukup potensial untuk memunculkan kebarokahan. Biar bagaimanapun juga, meski saat itu terasa sesak, toh pada akhirnya aku harus berterima kasih kepada YPRU yang telah memberikanku banyak sekali pengalaman berharga. Sesuatu yang amat berharga, yang mungkin tidak semua santri memilikinya. Barangkali, bila aku tidak mengambil pilihan-pilihan yang berbeda seperti yang aku ambil dulu, belum tentu aku bisa berada di tempat ini dan berkeadaan seperti saat ini. Terima kasih, para kyai YPRU!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Bagian <a href="http://raniaamina.blogspot.com/2016/04/tentang-perjalanan-di-muwadaah-2016-bag.html" target="_blank">Pertama</a></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-30644841819846914582016-04-18T07:29:00.000-07:002016-04-18T07:38:02.907-07:00Tentang Perjalanan di Muwadaah 2016 (Bag. I dari 2 tulisan)<blockquote class="tr_bq">
<i>“IKAMARU bukan sekedar kebanggan, namun juga tantangan untuk menjadi khoirunnas anfa’uhum linnas”
</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jumat kemarin, usai kuliah dan menyelesaikan beberapa kegiatan di kampus, saya menyempatkan diri untuk menghadiri acara muwada’ah di pesantren yang amat saya rindukan. Sebelum keberangkatan, sempat ada sedikit masalah soal jadwal, namun apa boleh buat bila tekad di hati sudah bulat. Dengan diantarkan oleh teman sekelas, saya pun pergi ke terminal. Dan singkatnya, sampailah juga saya di Pati sekitar pukul 22.00 dengan lelah yang bercampur bahagia.<br />
<br />
Malam itu saya dijemput oleh salah seorang teman baik saya, seorang teman yang dulu juga berjuang bersama saya ketika masih nyantri di Guyangan, Insanul Mahfidz. Saya sering memanggilnya dengan sebutan Kajar. Di rumah Kajar-lah saya menginap malam itu. <br />
<br />
Sembari melepas lelah, saya dan anak berperawakan tinggi kurus itu bernostalgia dengan apa yang pernah terjadi selama kami berdua bersekolah di Raudlatul Ulum. Kami berdua bukan sekedar dekat, tapi amat dekat. Kegiatan padatlah yang dulunya membuat kami saling mengenal satu sama lain hingga seperti sekarang.<br />
<br />
Akan sangat panjang jadinya, bila saya ceritakan isi nostalgia kami berdua. Setelah sama-sama lelah, kami pun rehat dengan sendirinya. Dan sejurus kemudian, datanglah pagi di hari Sabtu.<br />
<br />
Sabtu itu, hanya ada dua agenda besar yang benar-benar ingin saya lakukan. Pertama, berziarah ke Almaghfurulah Yi Suyuthi kemudia yang kedua adalah berkunjung ke pondok yang bertahun-tahun dulu menampung kisah dan semua kenangan saya.<br />
<br />
Di temani Kajar, berangkatlah saya ke maqbaroh Guyangan. Tanpa diduga, beberapa teman IKAMARU dari beberapa wilayah, termasuk Semarang, Malang dan Surabaya juga sedang beberapa di sana. Usai “bersapa rindu” dengan Yi Thi dengan bacaan Surat Yasin dan Tahlil, saya dan Kajar bergegas menuju rumah salah seorang teman kami (yang juga saya kangeni), Fajrul Falah alias Jin.
<br />
Jin inilah yang dulunya juga banyak membantu saya selama di Guyangan. Orang yang lugu dan sesekali membuat perasaan jengkel lahir karena ucap dan polahnya. Dia orang yang cerdas, setidaknya nama Jin yang melekat pada dirinya bisa dijadikan sebagai bukti. Ya, Jin merupakan potongan silabel dari kata dengan bunyi JIN-ius (plesetan dari jenius). Malam ini, saya akan bermalam di rumah Jin yang letaknya tak jauh dari pondok. Sebelum ini, saya sudah sering menginap di rumah Jin. Jadi, boleh dibilang, saya cukup akrab dengan keluarga si Fajrul ini.<br />
<br />
Sesuai rencana yang sempat saya singgung di awal tadi, setelah cukup melepas penat, usai dzuhur kami bertiga berkunjung ke pondok putra, (sekali lagi) tempat yang benar-benar saya rindukan belakangan ini. Dag dig dug rasanya, ketika kaki ini kembali menapak dan melewati gerbang hijau pondok yang dulunya sering mengunci anak-anak yang telat berangkat ke madrasah.
<br />
Setelah mendapat izin dari lurah pondok, saya pun hilang sabar untuk segera masuk ke kamar. Dan, Allah! Betapa senangnya hati ini ketika mendapati teman-teman sekamar dulu sedang berkemas-kemas hendak wisuda besok. Semua anak di kamar menyalami saya dengan wajah penuh keceriaan. Saya hampir pangling. Bagaimana tidak, anak-anak MTs yang dulu masih kecil-kecil ketika aku lulus, kini sudah nampak besar. Hampir sebesar saya!<br />
<br />
Kamar yang penuh kenangan itu, Abdullah bin Mas’ud namanya. Letaknya amat strategis. Bila ke bawah langsung ke kamar mandi dan dapur, bila ke atas menuju ke komplek G dan lantai 4, tempat menjemur pakaian. Sedangkan jika lurus menuju ke kamar-kamar komplek E dan jika ke kanan menuju komplek d. Banyak yang berubah dari kamar ini. Mulai dari warna cat yang dulunya hijau kini menjadi merah muda, serta beberapa penataan-penataan lain terhadap hiasan kamar. Ini kamar kami!<br />
<br />
Puas bercengkrama dengan anak-anak kamar Mas’ud, saya teringar salah seorang teman saya di MDPA yang karena suatu hal ia tidak dapat wisuda bersama saya tahun lalu. Faisal Amar. Dari bawah, saya memberi kode kepada anak di lantai tiga untuk memanggilkan Amar. Dan tidak sampai satu menit, datanglah ia. Wajahnya penuh kebahagiaan. Suara tawanya masih sama. Rambutnya saja yang agak berbeda, agak pendek bila dibandingkan rambut saya, biasanya sebaliknya, hehehe....<br />
<br />
Kami berdua bercakap banyak hal di teras kamar Mas’ud. Hingga akhirnya ia harus pergi, karena harus mengikuti gladi bersih wisuda di madrasah. Ya Allah, semua tampak gembira hari ini. Saya yang sudah lulus ini, malah jadi ikut tidak sabar untuk mengikuti prosesi wisuda besok pagi. <br />
<br />
Selain Amar, di kantor pondok, saya juga berjumpa dengan Gus Nabil, putra dari pengasuh pondok ini. Dari beliau, saya mendapatkan buku wirid as-Suyutiyyah yang dulu belum dicetak sebagus yang saya dapatkan ini. Selain as-Suyutiyyah, saya juga beroleh majalah Bangkit dari pentolan ISRU yang sedang berkemas-kemas hendak ke madrasah untuk mengikuti gladi bersih pula.
<br />
Saya tidak bisa menuliskan, bagaiamana perasaan saya yang amat senang siang itu melalui tulisan ini. Rasa-rasanya, saya kesulitan mencari kata yang dapat mewakili kegembiraan saya kala itu. Tak apa, toh nantinya semua rekan-rekan IKAMARU 2016 juga pasti akan merasakannya sendiri. Perasaan bahagia ketika kembali ke pondok pesantren. Perasaan bahagia ketika dapat kembali mencium tangan guru-guru Guyangan. Perasaan bahagia-bahagia lain ketika rindu dapat dipatahkan!
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://raniaamina.blogspot.com/2016/04/tentang-empat-muwadaah-di-guyangan.html" target="_blank">Lanjutkan membaca bagian ke-2</a></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-1727132190188560842016-03-16T02:49:00.000-07:002016-03-16T02:49:17.680-07:00Install/Upgrade Kernel Linux 4.5 Final di Ubuntu/Mint dkkSejak beberapa hari yang lalu, dunia Linux mulai ramai berkabar ihwal perilisan versi stabil kernel 4.5 oleh Sang Empu Linux. Banyak pembaruan dan perbaikan yang terdapat pada kernel versi ini. Dan atas hal tersebut, saya tak berniat ingin menjelaskannya pada tulisan ini.
<br />Saya hanya ingin berbagi saja langkah-langkah yang mungkin bisa anda coba untuk menicipi kernel ber-code name Blurry Fish Butt ini. Ah iya, secara khusus langkah-langkah ini hanya untuk rekan-rekan yang menggunakan distro keluarga debian.
<br /><br />Pertama, buka terminal, buat folder baru dengan perintah
<br /><br />
<blockquote class="tr_bq">
$ mkdir namafolder
</blockquote>
<br />Enter
<br /><br />Lalu masuk ke folder tersebut dengan perintah
<br /><br />
<blockquote class="tr_bq">
$ cd namafolder
</blockquote>
<br />Lalu download ketiga file kernel bertipe *.deb melalui perintah berikut
<br /><br />Untuk yang menggunakan sistem 32bit
<br /><br />
<blockquote class="tr_bq">
$ wget kernel.ubuntu.com/~kernel-ppa/mainline/v4.5-wily/linux-headers-4.5.0-040500_4.5.0-040500.201603140130_all.deb
<br /><br />$ wget kernel.ubuntu.com/~kernel-ppa/mainline/v4.5-wily/linux-headers-4.5.0-040500-generic_4.5.0-040500.201603140130_i386.deb
<br /><br />$ wget kernel.ubuntu.com/~kernel-ppa/mainline/v4.5-wily/linux-image-4.5.0-040500-generic_4.5.0-040500.201603140130_i386.deb
<br /> </blockquote>
<br />Untuk yang menggunakan sistem 64 bit<br />
<br />
<ul>
<li>$ wget kernel.ubuntu.com/~kernel-ppa/mainline/v4.5-wily/linux-headers-4.5.0-040500_4.5.0-040500.201603140130_all.deb
</li>
<li> </li>
<li>$ wget kernel.ubuntu.com/~kernel-ppa/mainline/v4.5-wily/linux-headers-4.5.0-040500-generic_4.5.0-040500.201603140130_amd64.deb
</li>
<li> </li>
<li>$ wget kernel.ubuntu.com/~kernel-ppa/mainline/v4.5-wily/linux-image-4.5.0-040500-generic_4.5.0-040500.201603140130_amd64.deb
</li>
</ul>
<br />Setelah semua terunduh, jalankan perintah berikut untuk instalasi
<br /><br />
<blockquote class="tr_bq">
$ sudo dpkg -i *.deb
</blockquote>
<br />
Masukkan password root, lalu ENTER
<br /><br />Setelah selesai silakan reboot distro Anda.
<br /><br />
<blockquote class="tr_bq">
$ sudo reboot
</blockquote>
<br />Dan akhirnya, selamat menikmati.Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-89781865852289504822016-03-12T04:04:00.000-08:002016-03-12T04:04:33.367-08:00Bagaimana Coba?!Ada satu hal yang cukup menggelikan sekaligus membuat semacam ironi dalam benak saya beberapa bulan terakhir ini. Lagi-lagi ini tentang open source.
<br /><br />Sebagaimana yang pernah saya kisahkah sebelumnya, saya kuliah di Fakultas Ilmu Budaya UGM yang konon pernah memiliki proyek bernama Budaya Goes Open Source (BUGOS). Dan kini, proyek itu hanya tinggal nama, dan hanya menyisakan beberapa unit komputer di perpustakaan yang masih tertanam Linux Mint.
<br /><br />Selain BUGOS, sebenarnya di tingkat universitas juga sempat berjalan proyek UGM Goes Open Source (UGOS) namun sekali lagi teramat disayangakan proyek tersebut tak terdengar lagi gaungnya.
<br /><br />Ya, MoU dengan pihak Microsoft mungkin saja adalah salah satu sebab mengapa kedua proyek ini ter-pause, jika tidak ingin dikatakan terhenti. Saya menulis ini secara subjektif dari apa yang saya ketahui di lapangan, jadi soal data empirik silakan bisa dibuktikan oleh pembaca sekalian dengan malakukan penelitian khusus jika memang diperlukan.
<br /><br />Sebelum tulisan ini, saya pernah juga menulis tentang hal yang senada dengan ini. Tentang kesimpangsiuran proyek FOSS di kampus. Namun, tulisan tersebut memang sengaja tidak saya posting karena beberapa alasan.
<br /><br />Baiklah, kembali pada kalimat pertama yang saya tulis di awal tulisan ini. Semenjak beberapa bulan lalu, form login untuk menikmati hotspot di lingkungan FIB mengalami sedikit perubahan. Sebelum masuk pada form login, kini para mahasiswa harus menyetujui beberapa peraturan terkait etika penggunaan fasilitas wifi di kampus. Ada lima poin utama yang tertuang dalam perjanjian tersebut, dan pada ini, saya fokus pada poin kelima yang menganjurkan para mahasiswa untuk menggunakan Free Open Source Software.
<br /><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_iI1WWRCxw9tn5X8DFznSUHLhzWNqz6rFGcXzRuXuAouRF-e0udHi1BSaYS3p8GjrR8ToCDool9qdUlh_bI8-perI69GzrRiMYCNetBheB5-LdIYgnhyphenhyphen5aARfnfQmi_jMWWwKwSVVMnon/s1600/blog.png" imageanchor="1"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_iI1WWRCxw9tn5X8DFznSUHLhzWNqz6rFGcXzRuXuAouRF-e0udHi1BSaYS3p8GjrR8ToCDool9qdUlh_bI8-perI69GzrRiMYCNetBheB5-LdIYgnhyphenhyphen5aARfnfQmi_jMWWwKwSVVMnon/s640/blog.png" width="640" /></a><br />
<br />
<br />Saya ingin memberikan analogi kecil, ketika Anda dilarang melompati pagar namun tidak disediakan pintu atau semacamnya untuk Anda lewat, apa yang kemudian muncul di benak Anda? Bingung? Tepat sekali. Kira-kira kira itulah yang saya pribadi rasakan di lingkungan ini. Bagaimana dengan orang lain? Bukannya saya hendak berprasangka buruk, namun sepertinya meraka tak acuh soal hal ini. Bahkan mereka juga tak acuh soal perangkat yang mereka pakai. Asal menyala, tugas lancar, selesai masalah.
<br /><br />Entahlah, saya juga tak mengerti. Sementar, ada baiknya tulisan ini saya cukupkan dulu. Pening!Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-48234637206155777582016-03-10T01:31:00.000-08:002016-05-27T04:02:28.376-07:00Bukan Melulu Power Point!<div style="text-align: justify;">
Baiklah, aku mulai tak tahan dengan fenomena kecil yang terjadi di sekitarku. ini persoalan sepele tapi cukup membuat telingaku geli.
<br />
Seorang teman, bahkan beberapa dosen mengatakan pada kami, “Silakan kalian buat Power Point tentang bab kedua ini, minggu depan kita diskusikan”. Lalu, tak lama kemudian seorang teman menimpali, “Eh, buatin Power Point-nya ya!”. Saya menggeleng kemudian tersenyum. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Lewat tulisan ini, aku ingin mengingatkan, sekali lagi mengingatkan BUKAN menjelaskan, bahwa Power Point merupakan salah satu merk perangkat lunak buatan Microsoft. Sedangkan apa yang mereka bicarakan di atas sebenarnya lebih menjurus pada pembuatan presentasi BUKAN Power Point!
<br />
Ini tak ubahnya orang-orang pedesaan yang menyebut segala jenis kendaraan bermotor roda dua dengan sebutan Honda, tanpa peduli merk aslinya. Atau secara tanpa sadar melabeli segala jenis air mineral dengan nama Aqua. Dalam pembelajaran bahasa, ini disebut metonimi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Secara maksud, tentu saja bukanlah menjadi soal selama tidak menimbulkan kesalahan paham. Namun, akan menjadi lain bila kita membahas ihwal perangkat lunak. Jika para dosen meminta saya membuat tugas melulu dengan Power Point, maka sampai hari ini tidak akan ada tugasku yang sesuai dengan permintaan dosen itu. Bagaimana tidak, lha wong saya tidak menggunakan Ms. Office sama sekali kok. Tapi jika yang dimaksud oleh beliau adalah pembuatan presentasi, maka tentu saja ini tidak jadi soal sama sekali. Sebab untuk melakukan presentasi aku bisa menggunakan WPS Presentation, Libre Office Impress, atau bahkan file yang berformat PDF atau SWF. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kalau boleh mengatakan dan mengira-ngira, fenomena tersebut merupakan salah satu dampak branding yang boleh dibilang sangat berhasil. Dan ini menjadi tantangan bagi para penggiat FOSS untuk terus berjuang mempopulerkan media presentasi. Untuk hal ini, aku tak ingin berkelakar banyak tentang keuntungan yang akan diperoleh dari hal ini, namun silakan saja lihat nanti. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ini tak jauh beda dengan salah satu syarat yang kadang tertuang dalam perlombaan menulis yang juga kerap membuatku gatal. Misalnya dalam lomba cerpen, “Cerpen diketik dengan Ms. Word, font TNR 12 spasi satu setengah”. Memangnya semua orang pakai Ms. Word Bang?! Lagi-lagi dominasi seolah menafikan pihak lain.</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-76259816384927069922016-01-20T20:08:00.001-08:002016-01-22T08:43:54.585-08:00Desain Cover 100% Inkscape<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Beberapa lama tidak posting, rasanya gatel juga rupanya!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sombong-sombongnya nih, lagi sibuk sama event sastra, jadi selama Januari-Februari nanti, ya. . . begitulah bergelut dengan pementasa-pementasan sastra di Jogja. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Seiring dengan kesibukan itu, secara tidak langsung aku juga terdesak untuk belajar banyak hal, termasuk di antaranya adalah belajar desain grafis untuk keperluan poster, katalog, id-card dan segala "tetek mbengek" lainnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mau tidak mau, aku memang harus belajar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Awalnya aku masih menggunakan Photoshop 7 untuk urusan desain, eits! jangan salah, biarpun saya pakai Photoshop tapi itu perangkat legal kok, soalnya aku beli lisensinya saat masih SMP dulu. Gila, waktu itu mahal BANGET! Tapi, yah . . . namanya idealisme bocah sih. Lambat laun, usai melihat beberapa hasil majalah Bang Ade Malsasa - ROOTMagz - aku malah jadi tertarik untuk belajar desain dengan open source software. Yups, berkenalan dan bermesraanlah aku dengan software mungkil bernama INKSCAPE. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jujur saja, awalnya aku tidak mengira sama sekali bahwa inkscape bisa membantuku samapai sejauh ini. Kalau dilihat sepintas, tampilannya memamng mirip dengan Corel, namun secara jujur-jujuran saja, interface corel memang lebih menarik dibandingkan FOSS ini. Pun demikian, dengan segala kesungguhan (karena kepepet pekerjaan) akhirnya sedikit demi sedikit aku belajar menggunakan tool-tool inkscape yang tersedia. Akhirnya . . . .jreng-jreng!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Memang belum semahir para desainer, tapi setidaknya sekarang aku merasa mendapatkan hal baru dan HAHAHA, kau tahu . . . di saat sedang mendesain bersama rekan kerja, dengan laptop yang serba pas-pasan perangkatnya ini, aku bisa bekerja dengan lancar dan wus. . wus. . wus . . ., sungguh berbeda dengan rekanku yang harus menunggu laptopnya freeze beberapa saat ketika menggunakan Corel Draw, Photoshop atau Illustrator.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
btw, aku ingin mengucapkan terima kasih juga nih, buat temanku, seorang desainer yang cukup berpengalaman. Meskipun dia nggak pakai FOSS, tapi dia nggak pernah tuh ngremehin FOSS, bahkan dia dukung banget aku belajar inkscape. Haha, andai saja orang-orang berpikiran luas seperti dia . . wkwkw</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
THANKS, FOSS!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0-J5zXc3bwgPmFYhLRVdCoVdG-MU4cH5qYk6oqeoEMyJVwdmFjHLk4_9fplIBo5EQvu0yBtTZzlMsasIhuFa0YTJ9t-HFZMZs1zUx1UQ5_Bm7jgYQ2GO-5Enntx1UZcm3EV4vRjuqcYkx/s1600/COVER+%2528NEK+DIENGGO+SIH%2529.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="451" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0-J5zXc3bwgPmFYhLRVdCoVdG-MU4cH5qYk6oqeoEMyJVwdmFjHLk4_9fplIBo5EQvu0yBtTZzlMsasIhuFa0YTJ9t-HFZMZs1zUx1UQ5_Bm7jgYQ2GO-5Enntx1UZcm3EV4vRjuqcYkx/s640/COVER+%2528NEK+DIENGGO+SIH%2529.png" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Desain Cover dengan Inkscape</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-27869122918838393122015-12-30T23:42:00.001-08:002015-12-30T23:42:17.012-08:00Ian Murdock Masih Hidup!<div style="text-align: justify;">
Pagi ini kabar mengagetkan tentang Ian Murdock menggemparkan khalayak, khususnya para penggiat open source di seluruh dunia. Dunia memberitakan bahwa pria kelahiran 1973 itu telah meninggal. Tidak! Ia belum meninggal.<br /><br />Saya pribadi memang sekedar mengenal beliau melalui beberapa tulisan biografi tentangnya. Seketika itu, saya pun terkagum dengan ciptaanya berupa apt-get yang masih saya gunakan sampai detik ini. Kau tahu, apt-get adalah tool canggih yang benar-benar mempermudah saya dalam melakukan manajemen pemaketan pada distro linux, khususnya linux yang merupakan turunan Debian.<br /><br />Baiklah, saat ini dunia memang mengabarkan tentang berita duka itu dan segala seluk beluk penyebabnya yang masih simpang siur, namun saya ingin sekedar berbagi angan tentang hal ini. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, makhluk ciptaan Ian Murdock bernama Debian bukanlah makhluk biasa. Ia adalah sistem yang terkenal dengan kestabilan dan kehandalan sistemnya. Selanjutnya, mari kita tengok. . . apakah Debian hanya sekedar berwujud Debian. Ah, saya rasa tidak. Debian telah beranak pinak dengan menjadi inspirasi bagi kelahiran distro-distro besar lainnya, termasuk Ubuntu. Bahkan Blankon pun juga menggunakan Debian sebagai inspirasinya, bahasa terbaik bagi saya untuk basis.<br /><br />Saya tidak bisa memaksa anda untuk mempercayai pernyataan bahwa Ian Murdock masih hidup. Tapi, entahlah. Karena kematian hanya berlaku bagi orang yang tidak pernah melakukan hal berguna bagi orang lain selama hidupnya. Dan Ian Murdock bukanlah orang yang demikian. Jiwa boleh terbenam dalam tanah. Tapi spirit, sumbangsih, pengaruh dan semangat juang adalah matahari yang membenci arah barat. Apa anda juga akan seperti itu?</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-28857027687127532192015-12-30T21:45:00.002-08:002015-12-30T23:50:03.444-08:00Tentang Tweaking Cinnamon (Bagian Pertama dari 4 Tulisan) <div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
Sebagaimana yang sempat aku singgung di tulisanku sebelumnya, pada kesempatan ini aku akan mencoba untuk berbagai tentang sebuah artikel mengenai tweaking cinnamon desktop. Secara subjektif, aku ingin mengatakan bahwa artikel yang hendak aku coba alih bahasa-kan ini cukup menarik. Mengapa? Tidak ada alasan yang benar-benar kuat sebenarnya, namun satu hal yang aku tangkap, sebagai pengguna setia linux mint, bahwa sampai saat aku menulis coretan ini, linux mint masih menjadi salah satu distro yang cukup populer dan itu juga juga berimbas pada familiarnya desktop cinnamon yang dimilikinya.
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi yang belum tahu, cinnamon merupakan salah satu desktop andalan yang dimiliki oleh linux mint selain mate dkk. Bagi sebagian orang yang pernah menggunakan beberapa macam desktop, tak sedikit yang berargumen bahwa cinnamon termasuk desktop cantik yang “agak rakus” dan cenderung berat.
<br />
Berangkat dari hal itu, maka aku rasa argumen tersebut merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk “mencoba” melakukan tweaking pada desktop ini. Ah iya, sebagaimana “ketololan” yang sering aku lakukan, dalam pengalih-bahasaan ini aku akan menggunakan gaya ujar seperti biasanya. Jadi, semoga pembaca sekalian tidak bingung dan berujung pada tindakan bunuh diri di awal tahun 2016. Ok, lupakan.
<br />
Tweaking ini, akan dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, 10 bagian yang (jika tidak berlebihan boleh dibilang) cukup penting, dengan kata lain wajib. Kedua, hal-hal yang direkomendasikan alias sunnah untuk dilakukan dan yang terakhir adalah bagian yang mungkin diperlukan alias mubah untuk dilakukan.
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, sebelum coretan ini kulanjutkan, ada baiknya cantumkan terlebih dahulu daftar tindakan yang akan dilakukan. Setidaknya, bila agan serius untuk melakukan ini, daftar ini akan mempermudah agan. Maksudnya? Ya, anggap saja ini sebagi list itndakan yang dapat agan pilih dan centang usai dilakukan. Sehingga jelaslah nantinya apa yang akan ada lakukan pada linux mint agan.
<br />
Khusus untuk daftar ini aku sengaja tidak menerjemahkannya. Karena aku pikir istilah semacam ini akan menjadi sedikit rancu jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Apalagi oleh orang yang kemampuan berbahasa inggrisnya pas-pasan macam aku, hehe.
<br />
1. TEN ESSENTIAL ACTIONS:
<br />
1.1 Apply all available updates
<br />
1.2 Better settings for the terminal, Update Manager and the mechanism for installing software
<br />
1.2.1 Improve a terminal setting
<br />
1.2.2 Consider changing the settings of Update Manager
<br />
1.2.3 Improve the settings of the mechanism for installing software
<br />
1.3 Install missing drivers
<br />
1.3.1 Preferred order for the non-free video drivers
<br />
1.4 Optimize your Solid State Drive (SSD)
<br />
1.5 Install a better Flash Player and some useful tools for system management
<br />
1.6 Decrease the swap use (important)
<br />
1.7 Solve some known bugs
<br />
1.8 Avoid 10 fatal mistakes!
<br />
1.9 Turn on the firewall
<br />
1.10 Improve multimedia and font support
<br />
2. NINE RECOMMENDED ACTIONS (NOT ESSENTIAL):
<br />
2.1 Remove Mono and Orca
<br />
2.2 Optimize Firefox
<br />
2.3 Tweak Libre Office
<br />
2.4 Disable hibernation (suspend-to-disk)
<br />
2.4.1 How to undo
<br />
2.5 Install an extra web browser
<br />
2.6 Speed up your Linux Mint
<br />
2.7 Improve Power Manager for a laptop
<br />
2.8 Install a better DVD burning application
<br />
2.9 Extra visual effects: the fewer, the better
<br />
3. TEN NEUTRAL TWEAKS (MAYBE USEFUL):
<br />
3.1 Add a weather report to the panel
<br />
3.2 Change the wallpaper
<br />
3.3 Access your network disk (NAS) with Gigolo
<br />
3.4 Migrate your e-mail from Outlook (Express) in Windows, to Linux Mint
<br />
3.5 Install some simple games
<br />
3.6 Make the Grub boot menu pretty
<br />
3.7 Turn NumLock turn on automatically
<br />
3.8 Make available updates more prominent
<br />
3.9 Disable window tiling and the HUD
<br />
3.10 Disable window thumbnails on hover
<br />
4. Want more tips?
<br />
5. Get help
<br />
<br />
Semua tindakan yang disebutkan diatas merupakan tindakan aman dan tidak menimbulkan crash pada sistem linux agan. Dari keterangan diartikel tersebut, si penulis memang seorang spesialis di linux mint dan tindakan-tindakan tersebut telah teruji secara konservatif. Untuk penjelasan detailnya, tunggu artikel selanjutnya . . .<br /><br />Source : https://sites.google.com/site/easylinuxtipsproject/mint-cinnamon-first<span id="goog_377829842"></span><a href="https://www.blogger.com/"></a><span id="goog_377829843"></span></div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-59333062267851972592015-12-27T22:15:00.000-08:002015-12-27T22:15:36.744-08:00Rasa yang Kembali <div style="text-align: justify;">
<br />Beberapa waktu yang lalu, seseorang teman yang baru saya kenal menemui saya di kampus. Ia datang dengan membawa sebuah laptop berwarna hitam yang ia kabarkan rusak. Dalam hal ini saya ingin menyebutnya sedang bermasalah. Ya, bukan rusak. Haha, alasan subjektif sebenarnya, karena di otak saya sebuah perangkat dikatakan rusak jika tidak dapat digunakan sama sekali. Orang Jawa biasanya mengistilahkannya dengan, “mati pletes!”.<br /><br />Kehadiran laptop yang sedang bermasalah tersebut sedikit banyak melengkapi perumpamaan yang sempat terngiang di kepala saya, “Pucuk dicinta, ulam pun tiba”. Mengapa? Karena sehari sebelum teman saya itu datang, saya telah mengunduh distro favorit yang selalu menjadi favorit saya dan baru saja dirilis, apa lagi kalau bukan Linux Mint 17.3 Rosa.<br /><br />Maka, setelah memeriksa permasalahan yang terjadi pada laptop teman saya tadi, saya mengindikasikan bahwa sistem operasi yang terpasang telah mengalami corrupt file system. Sok tahu? Ya, saya memang sok tahu. Apa salahnya? Toh yang terjadi memang demikian.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bagaimana Ram, bisa?” tanya teman saya dengan wajah mulai cemas.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu butuhnya kapan?”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Nanti sore, Ram. Aku harus presentasi tugas nanti, dan file-nya ada di situ”.
<br />Aku tangkap wajahnya makin cemas. Dari kecemasannya itu, aku mengira bahwa file ada di laptop ini memang cukup penting dan harus segera diselamatkan.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ok, gini aja. Ini file-nya bisa aku ambi. Namun untuk memperbaiki laptop ini seperti semula, aku sedikit butuh waktu. Karena kalau mau install Windows yang ori harus nunggu bapak yang di DSDI datang”.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Harus yang dari DSDI ya, Ram?”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Setidaknya, kalau mau yang legal. . . maka jawabnya, iya!”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Nggak ada alternatif lain yang lebih cepet?”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada sih, tapi aku nggak yakin kamu setuju?”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa?”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Pakai Linux, seperti laptopku.”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, iya . . . panggil saja temanku dengan sebutan Putri (bukan nama sebenarnya, karena dia malu kalo namanya ditulis). Putri pun sejenak memperhatikan laptopku dan beberapa kali melakukan aktivitas kecil seperti membuka web browser, smplayer, writer, dan beberapa hal lainnya.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini Linux . . . ,” belum sempat aku menjawabnya, ia menyambung ujarannya, “bagus kok, emang kenapa kalau Linux?” aku sempat tersentak dengan responnya tersebut.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya. . . , barangkali saja kamu nggak suka atau gimana gitu.”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Nggak beda jauh sama Windows kan?”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebenernya nggak sih.”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ok, pasang itu aja deh. Yang penting bisa dipakai, ntar kalo nggak bia aku kontak kamu ya!”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Sip!”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Alhasil, aku pun memasang Rosa yang kemarin aku unduh ke laptop hitam tersebut. Secera tidak langsung sebenarnya aku juga ingin mereview performa Rosa pada laptop celeron dengan RAM 1 GB, dan frekuensi 1,4 GHz itu.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Sesekali aku perlihatkan tampilan awal Rosa pada Putri saat berjalan pada mode Live USB. Ia menggut-manggut melihat apa yang terjadi pada laptopnya. Dan spontan, wajahnya terlihat ceria ketika kutunjukkan file presentasinya dalam keadaan sehat wal afiyat dan siap ditampilkan nanti sore.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ram, misalnya nih . . . Tampilannya kamu ganti kaya Windows, bisa? Kalau nggak ngrepotin sih.”
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya mengangguk. Meskipun aku belum pernah mengubah tampilan Linux ke tampilan Windows, karena alasan selera dan apa ya . . . kupikir bahwa Linux punya sejuta tampilan yang lebih menarik, lagi pula tampilan Windows bukanlah standar untuk tampilan desktop, menurutku. Pun demikian, karena ini permintaan, aku cukup bermodal yakin dapat melakukan apa yang ia minta, itu saja.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita, penginstalan selesai dan berjalan dengan lancar. Rosa yang kupasang tersebut menggunakan Cinnamon sebagai default desktop-nya. Sementara aku jalankan dan aku cek, alhamdulillah lancar. Beberapa update telah aku lakukan dengan bantuan UGM-Hotspot. Selain update, aku juga menambahkan beberapa aplikasi khusus, semisal WPS untuk menggantikan Libreoffice, smplayer dan audacious untuk pemutar medianya, XDM untuk download manager yang aku integrasikan dengan firefox, Wine untuk sekedar berjaga-jaga kalau dia membutuhkan dan sentuhan terakhir adalah mengubah wajah default Rosa ke wajah Windows 10.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Ah iya, aku sengaja mengganti Libreoffice dengan WPS karena aku pikir si Putri akan lebih familiar dengan interface WPS yang mendekati MSOffice dibandingkan Libreoffice.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali lagi, semua telah berjalan dengan lancar. Dan untuk tampilan Windows aku dapatkan dari gnoome-look.org. Lebih detailnya, melalui tautan http://gnome-look.org/content/show.php/Windows+10+Transformation+Pack?content=171327.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar satu jam setengah, semua sudah beres, aku pun menunjukkan hal-hal dasar padanya. Tentang password root, pengelola berkas, pengelola paket, serta cara shutdown tentunya, hehe.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Senyum pun mengembang dengan manisnya dari kedua belah bibir Putri. Ah, hampir lupa kuceritaan, sebelum ia pergi aku memasang pada laptopnya aplikasi teamviewer agar dapat me-remote deksktop-nya jika sewaktu-waktu diperlukan.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Saat browsing tentang tampilan Windows 10 untuk Linux, aku menemukan sebuah artikel yang menarik berbahasa Inggris tentang tweak desktop cinnamon. Sepertinya, aku harus kembali keduniaku. Ya, berbagi dan belajar open source, setelah beberapa bulan vacum lantaran pentas yang jadwalnya beruntun nan bertubi.
<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika melihat begitu nyamannya laptop Putri berjalan dengan Rosa, tiba-tiba aku jadi ingin memasangnya di laptopku. Haha, iya, laptopku saat ini masih berjalan dengan Freya dan Rafaela. Pada mulanya, aku menggunakan Rafaela saja. Namun karena sering dioprek, Rafaela jadi agak berat dan aku menemukan Freya yang ternyata jauh lebih ringan. Didorong kebutuhan untuk segera menyelesaikan tugas kuliah yang mulai menumpuk, akhirnya aku pasanglah Freya bersandingan dengan Rafaela. Kau tahu, mungkin itulah yang selayaknya kusebut sebagai cinta. Meski aku tahu bahwa Rafaela tak sesempurna dulu, dan aku telah menemukan yang lebih baik (lebih ringan dan responsif), hatiku tetap tak mampu berpaling dari keluarga Mint. Dan sekarang, perasaan itu tumbuh lagi. Apakah aku harus memungkasi tahun ini dengan kembali ke pelukan linuxmint?</div>
Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-24169463270422626982015-11-18T02:12:00.001-08:002015-11-18T02:12:17.594-08:00Teater Kami Bercerita - Jpret (Naskah Putu Wijaya)<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/xpbNX7g5LF4" width="459"></iframe>Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8468961273962934422.post-9018628565427566402015-11-08T18:42:00.000-08:002015-11-08T18:42:20.330-08:00Monolog Racun Tembakau - Porsenigama 2015 <iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/Uah5vFcrd0U" width="420"></iframe>Rania Aminahttp://www.blogger.com/profile/15930902406928704494noreply@blogger.com0