Saturday 12 March 2016

Bagaimana Coba?!

Ada satu hal yang cukup menggelikan sekaligus membuat semacam ironi dalam benak saya beberapa bulan terakhir ini. Lagi-lagi ini tentang open source.

Sebagaimana yang pernah saya kisahkah sebelumnya, saya kuliah di Fakultas Ilmu Budaya UGM yang konon pernah memiliki proyek bernama Budaya Goes Open Source (BUGOS). Dan kini, proyek itu hanya tinggal nama, dan hanya menyisakan beberapa unit komputer di perpustakaan yang masih tertanam Linux Mint.

Selain BUGOS, sebenarnya di tingkat universitas juga sempat berjalan proyek UGM Goes Open Source (UGOS) namun sekali lagi teramat disayangakan proyek tersebut tak terdengar lagi gaungnya. 

Ya, MoU dengan pihak Microsoft mungkin saja adalah salah satu sebab mengapa kedua proyek ini ter-pause, jika tidak ingin dikatakan terhenti. Saya menulis ini secara subjektif dari apa yang saya ketahui di lapangan, jadi soal data empirik silakan bisa dibuktikan oleh pembaca sekalian dengan malakukan penelitian khusus jika memang diperlukan.

Sebelum tulisan ini, saya pernah juga menulis tentang hal yang senada dengan ini. Tentang kesimpangsiuran proyek FOSS di kampus. Namun, tulisan tersebut memang sengaja tidak saya posting karena beberapa alasan.

Baiklah, kembali pada kalimat pertama yang saya tulis di awal tulisan ini. Semenjak beberapa bulan lalu, form login untuk menikmati hotspot di lingkungan FIB mengalami sedikit perubahan. Sebelum masuk pada form login, kini para mahasiswa harus menyetujui beberapa peraturan terkait etika penggunaan fasilitas wifi di kampus. Ada lima poin utama yang tertuang dalam perjanjian tersebut, dan pada ini, saya fokus pada poin kelima yang menganjurkan para mahasiswa untuk menggunakan Free Open Source Software.




Saya ingin memberikan analogi kecil, ketika Anda dilarang melompati pagar namun tidak disediakan pintu atau semacamnya untuk Anda lewat, apa yang kemudian muncul di benak Anda? Bingung? Tepat sekali. Kira-kira kira itulah yang saya pribadi rasakan di lingkungan ini. Bagaimana dengan orang lain? Bukannya saya hendak berprasangka buruk, namun sepertinya meraka tak acuh soal hal ini. Bahkan mereka juga tak acuh soal perangkat yang mereka pakai. Asal menyala, tugas lancar, selesai masalah.

Entahlah, saya juga tak mengerti. Sementar, ada baiknya tulisan ini saya cukupkan dulu. Pening!
Bagikan:

0 comments: