Wednesday 30 December 2015

Ian Murdock Masih Hidup!

Pagi ini kabar mengagetkan tentang Ian Murdock menggemparkan khalayak, khususnya para penggiat open source di seluruh dunia. Dunia memberitakan bahwa pria kelahiran 1973 itu telah meninggal. Tidak! Ia belum meninggal.

Saya pribadi memang sekedar mengenal beliau melalui beberapa tulisan biografi tentangnya. Seketika itu, saya pun terkagum dengan ciptaanya berupa apt-get yang masih saya gunakan sampai detik ini. Kau tahu, apt-get adalah tool canggih yang benar-benar mempermudah saya dalam melakukan manajemen pemaketan pada distro linux, khususnya linux yang merupakan turunan Debian.

Baiklah, saat ini dunia memang mengabarkan tentang berita duka itu dan segala seluk beluk penyebabnya yang masih simpang siur, namun saya ingin sekedar berbagi angan tentang hal ini. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, makhluk ciptaan Ian Murdock bernama Debian bukanlah makhluk biasa. Ia adalah sistem yang terkenal dengan kestabilan dan kehandalan sistemnya. Selanjutnya, mari kita tengok. . . apakah Debian hanya sekedar berwujud Debian. Ah, saya rasa tidak. Debian telah beranak pinak dengan menjadi inspirasi bagi kelahiran distro-distro besar lainnya, termasuk Ubuntu. Bahkan Blankon pun juga menggunakan Debian sebagai inspirasinya, bahasa terbaik bagi saya untuk basis.

Saya tidak bisa memaksa anda untuk mempercayai pernyataan bahwa Ian Murdock masih hidup. Tapi, entahlah. Karena kematian hanya berlaku bagi orang yang tidak pernah melakukan hal berguna bagi orang lain selama hidupnya. Dan Ian Murdock bukanlah orang yang demikian. Jiwa boleh terbenam dalam tanah. Tapi spirit, sumbangsih, pengaruh dan semangat juang adalah matahari yang membenci arah barat. Apa anda juga akan seperti itu?
Bagikan:

Tentang Tweaking Cinnamon (Bagian Pertama dari 4 Tulisan)



Sebagaimana yang sempat aku singgung di tulisanku sebelumnya, pada kesempatan ini aku akan mencoba untuk berbagai tentang sebuah artikel mengenai tweaking cinnamon desktop. Secara subjektif, aku ingin mengatakan bahwa artikel yang hendak aku coba alih bahasa-kan ini cukup menarik. Mengapa? Tidak ada alasan yang benar-benar kuat sebenarnya, namun satu hal yang aku tangkap, sebagai pengguna setia linux mint, bahwa sampai saat aku menulis coretan ini, linux mint masih menjadi salah satu distro yang cukup populer dan itu juga juga berimbas pada familiarnya desktop cinnamon yang dimilikinya.
Bagi yang belum tahu, cinnamon merupakan salah satu desktop andalan yang dimiliki oleh linux mint selain mate dkk. Bagi sebagian orang yang pernah menggunakan beberapa macam desktop, tak sedikit yang berargumen bahwa cinnamon termasuk desktop cantik yang “agak rakus” dan cenderung berat. 
Berangkat dari hal itu, maka aku rasa argumen tersebut merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk “mencoba” melakukan tweaking pada desktop ini. Ah iya, sebagaimana “ketololan” yang sering aku lakukan, dalam pengalih-bahasaan ini aku akan menggunakan gaya ujar seperti biasanya. Jadi, semoga pembaca sekalian tidak bingung dan berujung pada tindakan bunuh diri di awal tahun 2016. Ok, lupakan.
Tweaking ini, akan dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, 10 bagian yang (jika tidak berlebihan boleh dibilang) cukup penting, dengan kata lain wajib. Kedua, hal-hal yang direkomendasikan alias sunnah untuk dilakukan dan yang terakhir adalah bagian yang mungkin diperlukan alias mubah untuk dilakukan.
Baiklah, sebelum coretan ini kulanjutkan, ada baiknya cantumkan terlebih dahulu daftar tindakan yang akan dilakukan. Setidaknya, bila agan serius untuk melakukan ini, daftar ini akan mempermudah agan. Maksudnya? Ya, anggap saja ini sebagi list itndakan yang dapat agan pilih dan centang usai dilakukan. Sehingga jelaslah nantinya apa yang akan ada lakukan pada linux mint agan.
Khusus untuk daftar ini aku sengaja tidak menerjemahkannya. Karena aku pikir istilah semacam ini akan menjadi sedikit rancu jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Apalagi oleh orang yang kemampuan berbahasa inggrisnya pas-pasan macam aku, hehe.
    1. TEN ESSENTIAL ACTIONS:
        1.1 Apply all available updates
        1.2 Better settings for the terminal, Update Manager and the mechanism for installing software
            1.2.1 Improve a terminal setting
            1.2.2 Consider changing the settings of Update Manager
            1.2.3 Improve the settings of the mechanism for installing software
        1.3 Install missing drivers
            1.3.1 Preferred order for the non-free video drivers
        1.4 Optimize your Solid State Drive (SSD)
        1.5 Install a better Flash Player and some useful tools for system management
        1.6 Decrease the swap use (important)
        1.7 Solve some known bugs
        1.8 Avoid 10 fatal mistakes!
        1.9 Turn on the firewall
        1.10 Improve multimedia and font support
    2. NINE RECOMMENDED ACTIONS (NOT ESSENTIAL):
        2.1 Remove Mono and Orca
        2.2 Optimize Firefox
        2.3 Tweak Libre Office
        2.4 Disable hibernation (suspend-to-disk)
            2.4.1 How to undo
        2.5 Install an extra web browser
        2.6 Speed up your Linux Mint
        2.7 Improve Power Manager for a laptop
        2.8 Install a better DVD burning application
        2.9 Extra visual effects: the fewer, the better
    3. TEN NEUTRAL TWEAKS (MAYBE USEFUL):
        3.1 Add a weather report to the panel
        3.2 Change the wallpaper
        3.3 Access your network disk (NAS) with Gigolo
        3.4 Migrate your e-mail from Outlook (Express) in Windows, to Linux Mint
        3.5 Install some simple games
        3.6 Make the Grub boot menu pretty
        3.7 Turn NumLock turn on automatically
        3.8 Make available updates more prominent
        3.9 Disable window tiling and the HUD
        3.10 Disable window thumbnails on hover
    4. Want more tips?
5. Get help

Semua tindakan yang disebutkan diatas merupakan tindakan aman dan tidak menimbulkan crash pada sistem linux agan. Dari keterangan diartikel tersebut, si penulis memang seorang spesialis di linux mint dan tindakan-tindakan tersebut telah teruji secara konservatif. Untuk penjelasan detailnya, tunggu artikel selanjutnya . . .

Source : https://sites.google.com/site/easylinuxtipsproject/mint-cinnamon-first
Bagikan:

Sunday 27 December 2015

Rasa yang Kembali


Beberapa waktu yang lalu, seseorang teman yang baru saya kenal menemui saya di kampus. Ia datang dengan membawa sebuah laptop berwarna hitam yang ia kabarkan rusak. Dalam hal ini saya ingin menyebutnya sedang bermasalah. Ya, bukan rusak. Haha, alasan subjektif sebenarnya, karena di otak saya sebuah perangkat dikatakan rusak jika tidak dapat digunakan sama sekali. Orang Jawa biasanya mengistilahkannya dengan, “mati pletes!”.

Kehadiran laptop yang sedang bermasalah tersebut sedikit banyak melengkapi perumpamaan yang sempat terngiang di kepala saya, “Pucuk dicinta, ulam pun tiba”. Mengapa? Karena sehari sebelum teman saya itu datang, saya telah mengunduh distro favorit yang selalu menjadi favorit saya dan baru saja dirilis, apa lagi kalau bukan Linux Mint 17.3 Rosa.

Maka, setelah memeriksa permasalahan yang terjadi pada laptop teman saya tadi, saya mengindikasikan bahwa sistem operasi yang terpasang telah mengalami corrupt file system. Sok tahu? Ya, saya memang sok tahu. Apa salahnya? Toh yang terjadi memang demikian. 
 
“Bagaimana Ram, bisa?” tanya teman saya dengan wajah mulai cemas.
 
“Kamu butuhnya kapan?”
 
“Nanti sore, Ram. Aku harus presentasi tugas nanti, dan file-nya ada di situ”.
Aku tangkap wajahnya makin cemas. Dari kecemasannya itu, aku mengira bahwa file ada di laptop ini memang cukup penting dan harus segera diselamatkan.
 
“Ok, gini aja. Ini file-nya bisa aku ambi. Namun untuk memperbaiki laptop ini seperti semula, aku sedikit butuh waktu. Karena kalau mau install Windows yang ori harus nunggu bapak yang di DSDI datang”.
 
“Harus yang dari DSDI ya, Ram?”
 
“Setidaknya, kalau mau yang legal. . . maka jawabnya, iya!”
 
“Nggak ada alternatif lain yang lebih cepet?”
 
“Ada sih, tapi aku nggak yakin kamu setuju?”
 
“Apa?”
 
“Pakai Linux, seperti laptopku.” 
 
Ah, iya . . . panggil saja temanku dengan sebutan Putri (bukan nama sebenarnya, karena dia malu kalo namanya ditulis). Putri pun sejenak memperhatikan laptopku dan beberapa kali melakukan aktivitas kecil seperti membuka web browser, smplayer, writer, dan beberapa hal lainnya.
 
“Ini Linux . . . ,” belum sempat aku menjawabnya, ia menyambung ujarannya, “bagus kok, emang kenapa kalau Linux?” aku sempat tersentak dengan responnya tersebut. 
 
“Ya. . . , barangkali saja kamu nggak suka atau gimana gitu.”
 
“Nggak beda jauh sama Windows kan?”
 
“Sebenernya nggak sih.”
 
“Ok, pasang itu aja deh. Yang penting bisa dipakai, ntar kalo nggak bia aku kontak kamu ya!”
 
“Sip!”
 
Alhasil, aku pun memasang Rosa yang kemarin aku unduh ke laptop hitam tersebut. Secera tidak langsung sebenarnya aku juga ingin mereview performa Rosa pada laptop celeron dengan RAM 1 GB, dan frekuensi 1,4 GHz itu.
 
Sesekali aku perlihatkan tampilan awal Rosa pada Putri saat berjalan pada mode Live USB. Ia menggut-manggut melihat apa yang terjadi pada laptopnya. Dan spontan, wajahnya terlihat ceria ketika kutunjukkan file presentasinya dalam keadaan sehat wal afiyat dan siap ditampilkan nanti sore.
 
“Ram, misalnya nih . . . Tampilannya kamu ganti kaya Windows, bisa? Kalau nggak ngrepotin sih.”
 
Aku hanya mengangguk. Meskipun aku belum pernah mengubah tampilan Linux ke tampilan Windows, karena alasan selera dan apa ya . . . kupikir bahwa Linux punya sejuta tampilan yang lebih menarik, lagi pula tampilan Windows bukanlah standar untuk tampilan desktop, menurutku. Pun demikian, karena ini permintaan, aku cukup bermodal yakin dapat melakukan apa yang ia minta, itu saja.
 
Singkat cerita, penginstalan selesai dan berjalan dengan lancar. Rosa yang kupasang tersebut menggunakan Cinnamon sebagai default desktop-nya. Sementara aku jalankan dan aku cek, alhamdulillah lancar. Beberapa update telah aku lakukan dengan bantuan UGM-Hotspot. Selain update, aku juga menambahkan beberapa aplikasi khusus, semisal WPS untuk menggantikan Libreoffice, smplayer dan audacious untuk pemutar medianya, XDM untuk download manager yang aku integrasikan dengan firefox, Wine untuk sekedar berjaga-jaga kalau dia membutuhkan dan sentuhan terakhir adalah mengubah wajah default Rosa ke wajah Windows 10.
 
Ah iya, aku sengaja mengganti Libreoffice dengan WPS karena aku pikir si Putri akan lebih familiar dengan interface WPS yang mendekati MSOffice dibandingkan Libreoffice. 
 
Sekali lagi, semua telah berjalan dengan lancar. Dan untuk tampilan Windows aku dapatkan dari gnoome-look.org. Lebih detailnya, melalui tautan http://gnome-look.org/content/show.php/Windows+10+Transformation+Pack?content=171327.
 
Sekitar satu jam setengah, semua sudah beres, aku pun menunjukkan hal-hal dasar padanya. Tentang password root, pengelola berkas, pengelola paket, serta cara shutdown tentunya, hehe.
 
Senyum pun mengembang dengan manisnya dari kedua belah bibir Putri. Ah, hampir lupa kuceritaan, sebelum ia pergi aku memasang pada laptopnya aplikasi teamviewer agar dapat me-remote deksktop-nya jika sewaktu-waktu diperlukan.
 
Saat browsing tentang tampilan Windows 10 untuk Linux, aku menemukan sebuah artikel yang menarik berbahasa Inggris tentang tweak desktop cinnamon. Sepertinya, aku harus kembali keduniaku. Ya, berbagi dan belajar open source, setelah beberapa bulan vacum lantaran pentas yang jadwalnya beruntun nan bertubi.
 
Ketika melihat begitu nyamannya laptop Putri berjalan dengan Rosa, tiba-tiba aku jadi ingin memasangnya di laptopku. Haha, iya, laptopku saat ini masih berjalan dengan Freya dan Rafaela. Pada mulanya, aku menggunakan Rafaela saja. Namun karena sering dioprek, Rafaela jadi agak berat dan aku menemukan Freya yang ternyata jauh lebih ringan. Didorong kebutuhan untuk segera menyelesaikan tugas kuliah yang mulai menumpuk, akhirnya aku pasanglah Freya bersandingan dengan Rafaela. Kau tahu, mungkin itulah yang selayaknya kusebut sebagai cinta. Meski aku tahu bahwa Rafaela tak sesempurna dulu, dan aku telah menemukan yang lebih baik (lebih ringan dan responsif), hatiku tetap tak mampu berpaling dari keluarga Mint. Dan sekarang, perasaan itu tumbuh lagi. Apakah aku harus memungkasi tahun ini dengan kembali ke pelukan linuxmint?
Bagikan: